Sejarah Mumi di Papua

Orang-orang di dunia sebagian besar mendefinisikan bahwa mumi hanya berasal dari Mesir yaitu Mumi Fir'aun yang sangat terkenal.Namun ternyata Mumi juga ada dalam Sejarah di Indonesia tepatnya di Papua.Tapi mumi yang ada di Papua sedikit berbeda dengan yang di Mesir.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada akhir tahun 1980-an sampai awal tahun 1990-an, telah ditemukan tujuh mumi di Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yahukimo. Ketujuh Mumi tersebut berada di:
(a) Kecamatan Kurulu, utara Kota Wamena sebanyak sebanyak 3 mumi;
(b) Kecamatan Assologaima, barat Kota Wamena sebanyak 3 mumi,
(c) serta satu mumi di Kecamatan Kurima Kab. Yahokimo adalah satu-satunya mumi perempuan.
Dari ketujuh mumi tersebut, hanya mumi Werupak Elosak di Desa Aikima dan mumi Wimontok Mabel di Desa Yiwika - Kecamatan Kurulu – Kabupaten Jayawijaya yang sudah dikenal para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang mengunjungi kabupaten Jayawijaya karena masyarakat pribumi membuka peluang kepada masyarakat di luar untuk menyaksikannya. Namun untuk melihat mumi-mumi tersebut, para wisatawan harus membayar.
Mumi Werupak Elosak(nama ketika masih hidup) berumur sekitar 230 tahun. Pakaian tradisional yang dikenakan, seperti koteka, masih utuh. Ia adalah panglima perang dan meninggal akibat luka tusukan sege (tombak). Lukanya pun masih terlihat jelas hingga kini.Jasad Werupak dijadikan mumi, selain untuk menghormati jasa semasa hidupnya, juga karena Werupak sendiri yang meminta. Ia ingin supaya mayatnya diawetkan.

Mumi Papua

Hal ini berbeda dengan mumi Wimontok Mabel. Ia adalah seorang kepala suku. Wimontok mempunyai arti perang terus. Karena semasa hidupnya ia kepala suku perang yang ahli strategi. Wimontok meninggal akibat usia tua dan memberi wasiat kepada keluarganya agar jasadnya diawetkan. Dari segi ukuran, mumi ini lebih kecil ketimbang Weropak. Namun, kondisinya masih lebih bagus.
Setiap lima tahun sekali diadakan upacara adat untuk melingkarkan semacam kalung di leher Wimontok. Upacara tersebut disertai pemotongan babi. Lalu lemak dari babi itu dioleskan ke seluruh tubuh mumi. Dari kalung tersebutlah perkiraan umur mumi didapat, yaitu sekitar 382 tahun.
Para mumi ini dibuat dengan menggelar upacara sakral. Dilanjutkan dengan pengasapan jenazah selama tiga bulan terus-menerus. Setelah menjadi mumi, perawatan selanjutnya ditangani kaum laki-laki saja. Karena menurut adat setempat, sentuhan wanita akan membuat mumi menjadi rusak serta mendatangkan malapetaka bagi wanita tersebut dan lingkungan sekitar. Mumi-mumi ini hanya diletakkan di dalam sebuah kotak kayu dan disimpan dalam pilamo, rumah adat khusus laki-laki.
Tidak semua mayat/jasad yang diperbolehkan menjadi atau dijadikan mumi. Hanya yang mempunyai jasa besar terhadap suku seperti kepala suku atau panglima perang yang secara adat diizinkan menjadi mumi.

Nilai ekonomi
Setiap wisatawan yang hendak melihat dikenai biaya 30.000 per orang dan yang hendak berfoto dengan mumi ini dikenai biaya Rp 20.000 sekali foto. Di pojok halaman, dekat dengan honai yang menjadi tempat mumi bersemayam ada kios kecil yang menjual suvenir.

Nah Mumi di Papua berbeda bukan dengan Mumi di Mesir.Dalam postingan selajutnya aka ada cara untuk membuat mumi.
u comment i follow
Bookmark and Share
Dapatkan Artikel terbaru dari blog ini, langsung ke e-mail anda dengan berlangganan disini.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Powered by FeedBurner

Sudah Baca Yang Ini ?



Comments :

0 comments to “Sejarah Mumi di Papua”

Posting Komentar

Blog ini DoFollow.
Jadi silahkan berkomentar disini.

Yang penting komentar bukan Spam,Porno,maupuun berunsur SARA.Jika ada yang seperti itu akan langsung dihapus.


Mau punya buku tamu seperti ini?
Klik di sini (Info Blog)

Friends

 

Copyright © 2009 by Rahad 2 Six